Manajmen
Keuangan Lanjutan
(Penganggaran Modal)
Disusun oleh:
Novica
Olivia Mapaliey : 0112u360
Hardiyansah : 0112u338
Aldy
Aulia Halim : 0112u019
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Penganggaran Modal”
Makalah ini berisikan metode-metode,
pengertian dan cara pengaplikasian tentang Penganggaran Modal.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan TME senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan TME senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...1
1.3
Tujuan Perumusan Masalah………………………………………………………………...2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Tujuan Penganggaran
Modal…………………………….………………………3
2.2 Pentingnya Penganggaran
Modal…………………………………………………………..3
2.3 Pengelompokkan Usulan
Investasi………………………………………………………….4
2.4 Kriteria keputusan penganggaran modal…………………………………………………..4
2.5 Aliran
kas……………………………………………………………………………………..7
2.6 Metode Analisis Penganggaran
Modal dan Penerapannya……………………………….8
2.7 Perbandingan Antara Metode NPV dan
IRR……………………………………………...9
2.8
Penilaian
Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda……………………………10
2.9 Biaya modal dan inflasi…………………………………………………………………….11
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Penganggaran modal adalah istilah
yang sering kita dengar pada saat berhubungan dengan uang. Tapi seringkali
istilah penganggaran modal disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung
keuntungan saja, padahal penganggaran modal (capital budgeting) bukan hanya
sekedar itu saja. Maka dari itu kita harus memahami betul pengertian dari
penganggaran modal (capital budgeting) agar penafsiran tidak hanya terbatas
pada mencari keuntungan saja tetapi melakukan keputusan investasi yang akan
berdampak bagus pada jangka panjang maupun jangka pendek bagi perusahaan. Di
suatu perusahaan, seorang manajer keuangan harus paham betul dengan capital
budgeting ini sebab seorang manajerlah yang akan memutuskan investasi atau
penanam modal ini dapat diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.
Di
sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu sumber utama
keuntungan perusahaan tersebut. Karena dengan adanya capital budgeting mereka
dapat menghitung tingkat keuntungan yang akan mereka dapatkan pada jangka
panjangnya
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa arti dan tujuan dari Penganggaran
Modal?
·
Mengapa Penganggaran Modal penting?
·
Apasaja jenis-jenis pengelompokan
investasi?
·
Bagaimana kriteria ideal dalam
Penganggaran Modal?
·
Apa yang di maksud aliran kas?
·
Apasaja metode-metode dalam Penganggaran
Modal?
·
Perbandingan antara metode NPV dan IRR?
·
Bagaimana penilaian investasi dengan
umur ekonomis berbeda?
·
Bagaimana keadaan biaya modal dalam
keadaan inflasi?
1.3
Tujuan Perumusan Masalah
·
Mengetahui arti dan tujuan dari
Penganggaran Modal.
·
Mengetahui mengapa Penganggaran Modal
dianggap penting.
·
Mengetahui jenis pengelompokan
investasi.
·
Mengetahui kriteria ideal dalam Penganggaran
Modal.
·
Mengetahui aliran kas.
·
Mengetahui metode-metode dalam Penganggaran
Modal.
·
Mengetahui perbandingan antara NPV dan
IRR.
·
Mengetahui penilaian investasi dengan
umur ekonomis yang berbeda.
·
Mengetahui keadaan biaya modal dalam
keadaan inflasi.
BAB II
PEMBAHASSAN
2.1
Arti dan Tujuan Penganggaran Modal
Penganggaran
modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh
aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
(benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan
penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi
ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di
waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi
dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).
Penganggaran
modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaran-pengeluaran
(cost) dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk
diadakan penilaian dan membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya.
Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan
untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang
tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi yang paling
menguntungkan. Ketidaktepatan dalam menetapkan pilihan investasi akan
menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian ril ataupun kerugian karena
kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan
(opportunity cost) yang sebenarnya dapat diwujudkan. Analisis investasi akan
menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada, sehingga dapat dipilih
investasi yang memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang
diinvestasikan.
2.2
Pentingnya
Penganggaran Modal
Terdapatnya
beberapa aspek menyebabkan penganggaran modal mempunyai posisi strategis didalam
perencanaan suatu investasi. Aspek-aspek tersebut diantaranya :
1. Pengaruh
jangka panjang
2. Waktu
tersedianya aktiva modal
3. Pengumpulan
dana
2.3
Pengelompokkan Usulan Investasi
Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan oleh
investasi maka usulan investasi dapat dikelompokkan menjadi :
Investasi
yang memberikan manfaat langsung (Direct Benefit). Manfaat langsung investasi
dapat berupa kenaikan nilai output ataupun penurunan biaya produksi.
Investasi dalam kelompok ini terdiri dari :
1. Investasi
penggantian (replacement)
Untuk mengganti aktiva lama yang telah aus karena
penggunaan, ataupun aktiva yang dirasakan telah tidak sesuai lagi untuk
digunakan karena terdapat aktiva lain yang lebih efisien.
2. Investasi
perluasan (ekspantion)
Investasi
perluasan dimaksudkan untuk menambah kemampuan kapasitas yang telah ada guna
memenuhi permintaan yang cenderung meningkat.
3. Menghasilkan
produk baru (new product aktivities)
Resiko
usaha dapat dikurangi secara relaitf, jika perusahaan yang bersangkutan
melakukan diversifikasi dari produk yang dihasilkan.
Diversifikasi
produk menyebabkan perusahaan akan beroperasi di berbagai segmen pasar.
Sehingga jika terjadi kekurangberhasilan pemasaran suatu produk pada segmen
pasar tertentu, secara relatif dapat dikomvensasikan oleh keberhasilan
pemasaran produk lain pada segmen pasar lainnya.
Investasi
yang memberikan manfaat tidak langsung (Indirect Benefit), adalah investasi
yang tidak secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh pendapatan (profit).
2.4
Kriteria
keputusan penganggaran modal :
- a.
Payback period adalah
jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. atau suatu
kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan :
- Menggunakan
arus kas bebas, bukan accounting profit
- Mudah
dihitung dan dipahami
- dapat
digunakan sebagai alat penyaring kasar
- Sering
digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan
tingkat pengembalian yang tidak nyata hingga tahun–tahun akhir.
- Menekankan
pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan
kebutuhan likuiditas bagi perusahaan.
Kerugian :
- Tidak
memperhitungkan Aksioma 2
- Semua
arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran kembali diabaikan.
- mengabaikan
nilai waktu uang
- pemilihan
periode pengembalian maksimum bersifat arbitrer
Untuk menanggulangi kelemahan 1
muncullah Discounted payback period. Namun masih mempunyai kelemahan, yaitu
accept-reject kriteria bersifat arbiter
b. periode pengembalian diskonto : variasi dari kriteria keputusan masa pengembalian yang
digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperklukan untuk mengembalikan
pengeluaran kas awal dari arus kas bersih yang didiskonto
keunggulan : menggunakan arus kas bebas, mudah
dihitung&dipahami, dan mempertimbangkan nilai waktu uang
kekurangan : mengabaikan arus kas bebas yang terjadi setelah
periode pengembalian diskonto dan pemilihan periode pengembalian diskonto
maksimum bersifat arbitrer
2. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang free cash flow setelah pajak
dikurangi pengeluaran awal proyek. Perbedaan nilai sekarang arus kas dengan
pengeluaran awal menetukan nilai bersih atas penerimaan investasi dalam nilai
uang masa sekarang.
Kriteria : NPV ≥ 0 à Terima
NPV < 0 à Tolak
NPV = 0 à Terima, karena proyek
tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang
disyaratkan.
Keuntungan :
- Menggunakan
arus kas bebas
- memperhitungkan
nilai waktu uang
- konsisten
dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
- Menggunakan
perbandingan yang logis antara keuntungan dan biaya
- Penerimaan
proyek akan meningkatkan nilai perusahaan à konsisten dengan tujuan
perusahaan
Kerugiannya
membutuhkan peramalan jangka panjang atas penambahan arus kas yang diterima,
membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek dan
sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto
3. Profitability index atau
benefit/cost ratio adalah rasio nilai sekarang dari free cash flow terhadap
pengeluaran awalnya.
Kriteria : PI ≥ 1 à Terima
PI < 1 à Tolak
Antara
NPV dan PI akan selalu menghasilkan keputusan terima dan tolak yang sama
walaupun tidak dalam urutan yang sama.
Keuntungan dan Kerugian sama dengan
NPV
4. Internal rate of return,
tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai sekarang dari arus kas masa
depan dengan peneluaran awal proyek.
Kriteria : IRR ≥ Required rate of
Retun à Terima
IRR < Required rate of Retun à
Tolak
Jika
IRR = Required rate of Retun, maka proyek tersebut diterima karena perusahaan
mendapatkan Required rate of Retun seperti yang disyaratkan pemegang saham. IRR
juga akan menghasilkan keputusan terima tolak yang sama dengan NPV dan PI
Keuntungan dan Kerugian sama dengan
NPV dan PI
Kerugian tambahan :
- sulit
dihitung jika tidak menggunakan kalkulator keuangan.
- Asumsi
tingkat reinvestasi à NPV mengasumsikan bahwa arus kas yang diterima akan
diinvestasikan kembali dengan required rate of return sedangkan
reinvestment rate IRR menggunakan tingkat IRR.
NPV lebih baik karena arus kasnya :
ü dikembalikan ke pemegang
saham yang menghendaki required rate of return
ü diinvestasikan kembali
dimana investor luar juga menuntut required rate of return
5. IRR yang telah dimodifikasi : tingkat diskonto yang menyamakan
nilai sekarang arus kas proyek dengan njilai sekarang nilai akhir proyek
(MIRR). Dengan kelemahan tersebut muncullah MIRR yang menggunakan asumsi
bahwa semua arus kas masuk sepoanjang usi proyek akan diinvestasikan kembali
pada required rate of return samapi usia nproyek yang disebut Terminal Value
(nilai akhir proyek). MIRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai
sekarang arus kas keluar (Initial Outlay dengan Terminal Value proyek.
KEUNGGULAN : Menggunakan arus kaS
BEBAS, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten dengan tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
kelemahan : membutuhkan perkiraan
jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek
2.5
Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa
capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari investasi
awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif
karena perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut,
setelah proyek tersebut selesai dan arus kas akan menjadi positif akibatnya
adanya penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut.
Masalah Dalam Menghitung Aliran Kas
Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang
lebih besar daripada sebelum melakukan suatu investasi. Di dalam capital
budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan (incremental cash flow).
Incremental cash flow ini yang digunakan untuk menghitung atau
menganalisa kelayakan suatu proyek dengan metode net present value.
Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan
arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1. Sunk
Cost Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh
oleh keputusan menerima atau menolak suatu proyek.
2. Opportunity
Cost Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima
suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.
3. Side
Effect Dapat diklasifikan sebagai erosion atau synergy.
Erosion terjadi ketika produk baru menurukan cash flow sedangkan synergy
terjadi sebaliknya
4. Allocated
Cost Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada
proyek.
Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen
yaitu:
a. Initial
investment (Investasi awal) : Semua pengeluaran yang digunakan untuk
membiayai proyek tersebut.
b. Free
Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut
berlangsung. Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan
keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak dan tidak memperhitungkan
bunga dan depresiasi.
c. Terminal
Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut
dijual. Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut
2.6
Metode Analisis Penganggaran Modal dan
Penerapannya
1. Payback
periode
Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali
jumlah modal yang ditanam, semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti
semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi (Periode waktu yang
menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)
· Kebaikan
: sangat mudah diterapkan
· Kelemahan
:
a. tidak
memperhatikan time of money value
b. tidak
memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan
sebagai alat ukur.
Rumus:
Payback periode = jumlah investasi * 1
tahun
Proceed
jika
payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak
jika
payback periode < umur ekonomis, investasi diterima
2. Net
Present Value (NPV)
Metode penilaian investasi yg menggunakan discounted cash flow. (mempertimbangkan
nilai waktu uang pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar
yang akan diterima pada masa yang akan datang).
· Kebaikan
:
a. memperhitungkan
time value of money
b. memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi
· Kelemahan :
dalam membandingkan dua investasi yang
sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman.
Rumus :
NPV = PVNCF – PVNOL
Langkah – langkah :
a. Tentukan
discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate
Of Return.
b. Menghitung
present value dari net cash flow.
c. Menghitung
present value dar net outlay.
d. Menghitung
present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.
e. Kriteria :
Jika NPV (+),
investasi diterima.
Jika NPV (-),
investasi ditolak.
3. Internal
Rates Of Return (IRR)
Tingkat pengembalian yang dihasilkan atas suatu investasi atau discount rate
yang menunjukkan present value cash flow = present value outlay. IRR yang
didapat dibandingkan dengan biaya modal yang ditanggung peruusahaan.
IRR
|
=
|
I2
|
+
|
NPV2
|
x
|
(i2 –
i1)
|
NPV1 - NPV2
|
Di mana :
I1 = tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
I2 = tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = net present value 1
NPV2 = net present value 2
I1 = tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
I2 = tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = net present value 1
NPV2 = net present value 2
Jika IRR > I, investasi diterima
Jika IRR < I, Investasi ditolak
4. Profitability
Index
Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar.
Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar.
Rumus :
Profitability Index = PV.
Proceed
PV.outlay
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak
2.7 Perbandingan
Antara Metode NPV dan IRR
Secara matematis, metode NPV, IRR, dan PI selalu memberikan
rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak proyek-proyek yang
independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent jika
keputusan terima / tolak proyek satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak
proyek lainnya.
JIka suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal
dan PI = 1. Oleh karena itu, jika NPV IRR biaya modal dan PI 1.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-
Biaya modal proyek adalah 10 %
NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena :
NPV positif, IRR lebih besar dari biaya modal proyek dan PI lebih besar dari 1.
2.8
Penilaian Investasi dengan Umur (Usia)
Ekonomis Berbeda
Ø
Untuk memilih usulan investasi
yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
Chain method atau Replacement method dan Equivalent annual cost.
Ø
Langkah-langkah chain method:
1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur usulan investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi
1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur usulan investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi
Ø
Langkah-langkah equivalent annual
cost :
1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present value investasi yang bersangkutan.
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan yang dipilih.
1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present value investasi yang bersangkutan.
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan yang dipilih.
Pengaruh Inflasi pd Capital Budgeting
Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu
diperimbangkan dalam keputusan capital budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran
kas masuk dan tingkat penghasilan (rate of return) atau cost of capital yang
diinginkan. Oleh karena itu kedua komponen tersebut perlu disesuaikan. Pedoman
penyesuaiannya adalah sbb:
1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur
berdasarkan nilai rupiah riil untuk mendapatkan arus kas dengan nilai nominal.
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) – 1
2.9
Biaya modal dan inflasi
Dalam akhir artikel mereka, Bailey
dan Jensen menyatakan, “Hal ini telah diargumentasikan bahwa tingkat suku bunga
pasar menambah pengaruh tingkat harga dan bahwa tingkat akan menjadi unik
(menekankan mereka). Tapi ini jauh dari jelas bahwa masih ada teknik yang
menyediakan pengukuran unik dari tingkat tersebut. Dalam beberapa kasus,
malakah ini tidak mensyaratkan resolusi atas isu-isu ini. Hal ini hanya
menyatakan bahwa keberadaan perubahan tingkat harga umum mempengaruhi evaluasi
proposal investasi.” [1, h al. 30-31].
Pernyataan ini sendiri tidak biasa,
karena argumen mengenai tingkat suku bunga nominal dan oleh sebab itu biaya
modal nominal mengandung ketentuan inflasi premium Fisher Effect dan
secara umum diterima. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Van Horne, arus
kas nominal harus diperlakukan dengan biaya modal nominal atau bias lain yang
diperkenalkan dalam prosedur. Ketika tingkat diskon adalah determinan umum dari
keputusan investasi, ini menghubungkan inflasi lebih dari sekedar melalui suku
bunga dalam menentukan keseluruhan pengaruh inflasi terhadap belanja modal.
Hubungan spesifik antara inflasi dan
biaya modal masih dalam proses yang ditetapkan secara tegas dan dalam ketiadaan
model penuh untuk menjelaskan hubungan ini, maka dalam bagian makalah ini akan
memfokuskan pada hubungan antara perubahan inflasi dan perubahan yang
berikutnya dalam tingkat suku bunga. Secara khusus kita akan menyepakati
perbedaan antara tingkat suku bunga riil dan nominal, hubungan antara inflasi
dan pergerakan tingkat suku bunga serta hubungan antara tingkat suku bunga dan
biaya modal.
Dalam dunia non inflasioner, dana
pinjaman dengan tingkat suku bunga pengembalian pada tingkat yang setara untuk
tingkat suku bunga ditetapkan dan nominal. Jika inflasi diperkenalkan
dalam sistem, pengembalian sebagaimana yang ditetapkan secara nomminal akan
berbeda dari pengembalian riil, ketika arus kas masa yang akan datang memiliki
daya beli lebih rendah. Ini bisa diperdebatkan apakah tingkat suku bunga akan
naik dengan cepat atau tidak dalam jumlah tertentu dari penggantian kerugian
inflasi, dan argumen pada setiap sisi telah disimpulkan oleh Bernstein [2],
tapi apakah ini jelas bahwa pengenalan inflasi menempatkan tekanan ke atas pada
tingkat suku bunga. Alasan ini adalah bahwa (1) peminjam akan meningkatkan
permintaan mereka atas dana selama inflasi untuk memberikan biaya transaksi
yang lebih tinggi dan untuk memindahkan dari aktiva finansial menjadi aktiva
non finansial sebagai penghambat terhadap inflasi, dan (2) kebijakan pihak
berwenang akan bergerak untuk mengurangi tingkat pertumbuhan pasokan dana
ketika inflasi melawan alat kebijakan.
Perbedaan
antara tingkat nominal dan tingkat riil dinamakan dengan ‘inflasi premium’ dan
banyak teks saat ini menyatakan premium sebagai tambahan terhadap tingkat suku
bunga riil [9, hal 76-77] seperti contoh berikut :
Persamaan
1
i = k + p
Dimana
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan
atau tingkat nominal
k = tingkat suku bunga riil
p = tingkat inflasi
Hubungan
aktual adalah perkalian dan bukan penambahan. Hal dapat ditunjukkan jika kita
mengambil arus kas dan inflasi pada periode ‘t’ yang sama di masa yang akan
datang :
Persamaan
2
C* = C(1 + p)t
Dimana
:
C*
= arus kas nominal atau terinflasi
t = periode waktu relatif pada tahun
dasar
dan
kemudian hitung C* nilai saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga nominal
dari persamaan (1), kami telah menyusunnya menjadi :
Persamaan
3
PV = C*/(1 + p)t
Kita
dapat menyempurnakan pengaruh yang sama dengan mendeflasi C* melalui indeks
harga dan kemudian potong dengan menggunakan tingkat suku bunga riil : sehingga
menjadi :
Persamaan
4
PV = (C*/(1 + p)t/(1
+ k) t
Ketika
persamaan (3) dan (4) diselesaikan dengan hasil sama, mereka dapat ditetapkan
setara satu sama lain, sehingga :
Persamaan
5
C*/(1 + p)t C*
(1 +
k) (1+ i)t
Sehingga
menghasilkan :
Persamaan
6
(1 + p)t(1 + k)t =(1 + i)t
Demikian hubungan perkaliant
ersebut. Rumus penambahan adalah perkiraan pertama yang masuk akal, tapi tidak
harhus digunakan dalam kasus anggaran modal yang sesungguhnya karena hal ini
akan menimbulkan bias ke atas.
Hubungan antara tingkat suku bunga
dan inflasi dalam dunia nyata adalah lebih sulit untuk dijelaskan dibandingkan
dengan hubungan teoritis seperti yang dijelaskan diatas. Pengalaman menunjukan
bahwa penurunan beberapa seri tingkat suku bunga selama beberapa saat dengan
beberapa indeks harga populer tidak memberikan hasil tingkat suku bunga riil
yang relatif konstan. Bagaimanapun juga, hal ini seharusnya diterjemahkan
sebagaimana yang dikatakan pada kita bahwa tingkat suku bunga saat ini
disesuaikan secara memadai untuk tingkat inflasi aktual, tapi hanya akan
mengandung beberapa tingkat inflasi yang diharapkan. Lebih jauh lagi, kemampuan
peramalan secara akurat atas tingkat inflasi sangat jarang.
Sebagaimana dapat kita lihat dari
tabel 1, seseorang dapat berharap untuk menghitung tingkat suku bunga riil pada
basis ex post dengan mengurangi tingkat suku bunga nominal dengan indeks harga.
Bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat
menggunakan tingkat suku bunga saat ini sebagai ex ante ukuran tingkat riil
ditambah tingkat inflasi yang diharapkan. Analisis ex post akan gagal karena
tingkat inflasi saat ini tidak diperlukan tingkat masa depan yang diharapkan
dan karena kebijakan moneter bisa mengubah tingkat suku bunga dengan baik untuk
periode waktu pendek.
Teori ekonomi yang diterima secara
umum mendukung kesimpulan bahwa tingkat suku bunga seharusnya bergerak dalam
arah yang sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan. Suatu pendekatan teori
kuantitas murni akan berargumen untuk pergerakan yang hampir-hampir tepat.
Dalam teori dana yang bisa dipinjam, permintaan uang seharusnya meningkat
karena (1) permintaan transaksi meningkat dan (2) permintaan tindakan
pencegahan meningkat sementara pasokan dana yang bisa dipinjamkan akan turun
ketika unit belanja surplus dikurangi keseimbangan yang berlebihan. Kedua
tindakan ini akan memaksa naiknya biaya uang.
Dalam teori preferensi likuiditas,
permintaan untuk dana akan meningkat demi alasan diatas, dan untuk alasan
dimana investor akan berharap suatu kegagalan dalam harga obligasi sebagai
akibat dari inflasi dan cendering akan menginginkan untuk mempertahankan
keseimbangan uang. Kemuian tori akan memprediksi naiknya tingkat suku bunga
ketika harapan inflasi yang lebih tinggi terjadi. Pada beberapa jenis pendekatan
teori harapan, tingkat suku bunga seharusnya naik dengan naiknya tingkat
inflasi yang diharapkan.
Bukti empiris dengan memperhatikan
apakah ada atau tidaknya tingkat suku bunga yang mencerminkan harapan secara
sempurna inflasi adalah kuat tapi juga kontroversial. Fama mendemonstrasikan
bahwa tingkat syarat jangka pendek secara akurat mencerminkan harapan tingkat
inflasi di masa yang akan datang [7], tapi metodologi dan kesimpulannya telah
diperdebatkan dengan beberapa bantahan [5,8,13]. Cagan dan Goldofi telah
mencapai hasil yang sama untuk tingkat jangka panjang [4]. Walaupun mereka
berargumentasi bahwa hasilnya mungkin tidak dapat dipakai pada tingkat syarat
jangka pendek.
Akhirnya, pertanyaan muncul karena
pergerakan biaya modal ketika terjadi inflasi. Kami telah menunjukkan bahwa
masuk akal untuk mengharapkan bahwa tingkat suku bunga akan naik ketika ada
harapan inflasi yang lebih tinggi, tapi nampaknya ada sedikit bukti atas
pengukuran biaya modal dalam harapan inflasioner. Ini bisa dipahami, memberikan
kesulitan dalam pengukuran biaya modal dalam arti statis.
Asumsi kami dalam analisis berikut
adalah bahwa biaya modal pada basis ex ante naik dengan proporsi sama seperti
tingkat inflasi yang diharapkan; yaitu, mekanisme sama yang menyebabkan tingkat
suku bunga naik selama inflasi juga akan menyebabkan biaya modal naik. Lebih
jauh lagi, mereka yang menyediakan modal ekuitas kemungkinan besar untuk
berperilaku sama seperti mereka yang menyediakan modal hutang.
Fenomena jangka pendek bisa mencegah
biaya modal dari perilaku yang sama tepat dalam model ini. Satu tindakan bisnis
untuk mengganti struktur modal, bergerak ke arah jumlah yang lebih besar dari
hutang dan menurunlan biaya modal setelah pajak. Bagaimanapun juga, koreksi ini
bukan jangka panjang dan dalam kasus meningkatnya biaya hutang seharusnya
memiliki sedikit pengaruh pada pergerakan secara keseluruhan atas biaya modal
dari kenaikan secara proporsional dengan inflasi yang diharapkan, tapi hal ini
seharusnya tidak terlalu mencegah untuk asumsi jangka panjang dimana biaya
modal naik ketika tingkat inflasi yang diharapkan naik.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Penganggaran
modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh
aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
(benefit) pada waktu yang akan datang. Metode dalam penganggaran modal
ini dapat membantu manajer untuk pengambilan keputusan seperti metode Payback periode, Net Present Value (NPV), Internal, Rates Of Return (IRR)
dan Profitability Index. Pengagran
modal memiliki kriteria dalam stiap metodenya dan dalam pengangaran modal dapat
terpengaruh oleh keadaan ekonomi suatu negara seperti inflasi salahsatunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar